A Little Note for My Lovely One


Setahun dalam hidupku begitu cepat berlalu, setahun lalu kami hanya teman biasa, tidak ada hubungan yang spesial ataupun intensitas komunikasi yang intim. Setahun yang lalu, pada hari ini, dia berulang tahun, dan aku hanya mengucapkan selamat ulang tahun padanya lewat BBM, tidak seperti beberapa temannya yang datang langsung di hadapannya, merayakan waktunya, memberikan hadiah kecil untuknya. Hanya beberapa patah kata saja, itupun di saat hari hampir berakhir, menjelang tengah malam pada tanggal 12 Juli, tahun lalu.

Tapi sekarang, hari ini, dia orang yang pertama aku lihat begitu aku terbangun dari tidur. Di sebuah kamar tidur yang tidak luas, di sebuah ruangan yang hanya ada aku, dia, dan calon buah hati kami di dalam rahimnya. :) Satu tahun dengan perubahan yang luar biasa dalam hidupku.

Masih sempat dia menyiapkan makan sahur untukku sebelum aku mengucapkan selamat ulang tahun untuknya, hanya pelukan, ciuman, ucapan dan doa, tidak ada kejutan, kue tart, musik, dan hadiah-hadiah. :)

***

dan untuk istriku,
hari ini, 24 tahun yang lalu, kamu terlahir di dunia ini dengan tangis bahagia orang tuamu, serta jutaan harapan akan hidup yang sempurna untukmu...
hari ketika aku masih menjadi balita lainnya dengan jarak yang terpaut jauh denganmu...

24 tahun berlalu, waktu terlampaui, jarak terjelajahi, hingga akhirnya di hari yang sama, kamu terbangun dalam pelukku, bayi mungil itu kini telah menjadi seorang perempuan cantik dan menjadi seorang istri yang luar biasa untukku..., Menjadi titipan terindah dari Allah, untukku yang terus berusaha menjaga dengan baik dan tanpa cela, mengajakmu mencari jalan pulang yang baik, mengajakmu menjadi pribadi yang selalu lebih baik dari sebelumnya...

24 tahun berlalu, juga menjadi hari ulang tahun pertamamu di kehidupan yang baru,

Selamat ulang tahun sayang, semoga selalu menjadi kebanggaan keluarga yang mencintaimu,
selalu menjadi seseorang yang kehadirannya selalu dirindukan ketika jarak terentang, dan diceriakan ketika datang...

Tetap menjadi perempuan hebat untuk hidupku, menjadi satu-satunya orang yang mampu memberikan ketenangan lewat genggaman tangan dan erat dekapan,
selalu sabar menghadapi sifatku yang selalu butuh sikap lembutmu...

Menjadi ibu kebanggaan anak-anak kita kelak, yang selalu berkata bangga pada teman-temannya; "Itu ibuku!"
besar harapku padamu, sebesar rasa sayangku yang semakin hari semakin bertambah banyak,
sebanyak perhatian, dan kasih sayang yang selalu siap kamu bagi denganku...

Semoga di setiap cinta yang kita bagi terselip berkah Allah yang membuat hidup kita selalu lebih indah dan bermakna, rezeki yang bertambah, hidup yang mulia, kesehatan yang dikaruniakan, dan kebahagiaan yang dirahmatkan. Aamiin ya rabbal 'alamiin...

Aku sayang kamu...



Defining Perfection | Tentang Diriku (3)

Hari ini, pukul 12:59 aku tiba kembali di kantor setelah—seperti biasa—makan siang bersama dia.

12:59 mungkin “terlalu cepat” untuk ku tiba di kantor, walaupun jam istirahat sebenarnya berakhir pada pukul 13.00, namun aku kadang bandel untuk kembali sedikit terlambat. Apalagi hari ini, ketika kedua rekan kerjaku sedang menghadiri seminar di luar kota, otomatis kembali ke kantor akan membuatku duduk sendiri tanpa kawan untuk berbincang.

Barusan, aku bertemu dia seperti biasa. Menghabiskan makan siang bersama di tempat kost-nya. Kami selalu melakukan hal itu sejak kami jadian 7 bulan yang lalu. Kadang lauk yang kami makan sangat sederhana, jauh dari predikat mahal, dan bukan makanan yang dibeli dari tempat bergengsi tinggi, tapi kami tidak peduli, selama kami bisa makan bareng, kami sudah sangat bahagia.


Waktu yang Sedang Bergulir | Tentang Diriku (2)


Aku masuk bangku perkuliahan pada tahun 2005, tepat setelah aku lulus dari SMA.  Aku memilih STBA Yapari-ABA Bandung untuk tempat melanjutkan studi ku dengan pertimbangan perguruan tinggi tersebut memasang biaya yang tidak terlalu tinggi namun memiliki kualitas yang baik (bukan promosi), karena jujur saja, aku melanjutkan pendidikan ku ke jenjang yang lebih tinggi ini bukan karena keuangan keluargaku yang berlebih, tapi karena orangtua ku menginginkan anaknya mendapatkan taraf hidup yang lebih baik daripada mereka yang hanya lulusan SLTA saja, biarpun mereka harus berutang sana-sini, hingga menjual tanah dan sawah untuk biaya kuliah ku. Selain alasan tersebut, aku juga sudah mencintai bahasa Inggris sejak duduk di bangku sekolah dasar, dan merasa ini akan menjadi pilihan yang tepat untuk memantapkan kemampuan ku dalam berbahasa Inggris.

Dan tepat empat tahun setelah aku mengisi formulir pendaftaran di sana, aku berhasil menyelesaikan studi ku. Tahun 2009, aku resmi menyandang gelar Sarjana Sastra, tahun ketika semuanya terlihat lebih menantang karena aku harus mulai menata hidupku sendiri, tahun ketika Mama ku meneteskan air mata haru campur bahagia, karena anaknya berhasil menyelesaikan studinya tepat waktu. Ada sejuta harapan di binar mata mama ku pada waktu itu. Binar yang sejujurnya menjadi sedikit beban mental untukku; apakah aku bisa segera membuatnya bangga? Atau masih menjadi beban pikiran dan hatinya karena status mahasiswa ku segera berganti menjadi pengangguran.


Sebuah Prolog | Tentang Diriku (1)


Sebenarnya aku tidak merasa perlu menuliskan sesuatu di sini, karena kadang tulisan hanya menjadi sebuah hasil karya pikiran yang maknanya mengawang jauh dari kata-kata yang tertulis. Hanya menjadi sebuah karya terampil seseorang dalam menyusun kata demi kata menjadi kalimat, kalimat demi kalimat menjadi sebuah paragraf, begitu seterusnya. Dengan kata lain, terkadang tulisan hanya menjadi pembuktian bahwa seseorang memiliki jiwa sastrawan, atau berpikiran literatif.

Namun, ternyata lebih dari itu. Mungkin tidak semua dari kita tahu, ketika Bapak B.J. Habibie terjebak dalam situasi haru mendalam selepas ditinggal sang istri terkasih, beliau memang terlihat tegar di luar, namun siapa sangka jika jiwa Bapak Presiden RI ke-3 itu begitu rapuh di dalam hingga beliau menderita sebuah penyakit psikiatrik yang disebut Psikosomatik Malignant.