Waktu yang Sedang Bergulir | Tentang Diriku (2)
Aku masuk bangku perkuliahan pada tahun 2005, tepat setelah
aku lulus dari SMA. Aku memilih STBA
Yapari-ABA Bandung untuk tempat melanjutkan studi ku dengan pertimbangan perguruan
tinggi tersebut memasang biaya yang tidak terlalu tinggi namun memiliki
kualitas yang baik (bukan promosi), karena jujur saja, aku melanjutkan
pendidikan ku ke jenjang yang lebih tinggi ini bukan karena keuangan keluargaku
yang berlebih, tapi karena orangtua ku menginginkan anaknya mendapatkan taraf
hidup yang lebih baik daripada mereka yang hanya lulusan SLTA saja, biarpun
mereka harus berutang sana-sini, hingga menjual tanah dan sawah untuk biaya
kuliah ku. Selain alasan tersebut, aku juga sudah mencintai bahasa Inggris sejak
duduk di bangku sekolah dasar, dan merasa ini akan menjadi pilihan yang tepat
untuk memantapkan kemampuan ku dalam berbahasa Inggris.
Dan tepat empat tahun setelah aku mengisi formulir
pendaftaran di sana, aku berhasil menyelesaikan studi ku. Tahun 2009, aku resmi menyandang
gelar Sarjana Sastra, tahun ketika semuanya terlihat lebih menantang karena aku
harus mulai menata hidupku sendiri, tahun ketika Mama ku meneteskan air mata
haru campur bahagia, karena anaknya berhasil menyelesaikan studinya tepat waktu.
Ada sejuta harapan di binar mata mama ku pada waktu itu. Binar yang sejujurnya
menjadi sedikit beban mental untukku; apakah aku bisa segera membuatnya bangga?
Atau masih menjadi beban pikiran dan hatinya karena status mahasiswa ku segera
berganti menjadi pengangguran.
Benar saja, setelah itu aku masih belum menemukan pekerjaan
yang “layak”. Aku masih menjadi guru harian pada sebuah lembaga kursus milik
guru ku di SMA dulu, aku dibayar Rp. 25.000/jam pada waktu itu. Mungkin jumlahnya
besar jika aku bekerja dengan sistem office-hour,
dimana aku bekerja selama 7 jam dalam sehari. Namun di sana aku hanya
bekerja 1-2 jam saja dalam satu hari, dan hanya 2-4 hari saja dalam satu minggu,
itu pun jika murid-muridnya datang. Jika mereka semua tidak datang, aku tidak
dibayar walaupun aku sudah berangkat dari rumah ke tempat kerja. Belum lagi
jika sekolah sedang dalam masa libur panjang, atau hari kursus bertepatan
dengan hari libur nasional, tentu saja aku tidak mendapatkan upah.
Bukan tidak bersyukur, namun aku merasa perlu memperbaiki
penghasilanku. Akhirnya aku memutuskan untuk resign dari sana dan mencoba mencari pendapatan yang lebih
mencukupi. Beberapa bulan aku bekerja sebagai guru les privat Bahasa Inggris
sambil terus mencari lowongan kerja yang cocok untukku. Aku juga membuka usaha recording musik kecil-kecilan di rumahku,
bermodalkan beberapa alat musik yang ku punya dan laptop dengan spek yang tidak
terlalu tinggi, aku berhasil membantu para musisi amatir di lingkungan ku untuk
mengabadikan karya mereka dalam sebuah CD, bahkan ada yang menggandakan
karyanya itu dan mereka jual di kalangan sendiri.
Di sela-sela
kegiatan ku itu, aku sebenarnya mendapatkan beberapa panggilan wawancara kerja, namun
kebanyakan dari mereka kandas, sempat sangat stress dengan keadaan, hingga
akhirnya aku mendapatkan panggilan tes dan wawancara untuk sebuah lembaga
kursus yang lumayan dikenal di kota Bandung. Aku hampir lupa pernah
mengirimkan lamaran ke sana karena sudah lama sekali mereka baru memanggilku,
dan jujur aku pun hampir tidak berharap lagi akan pekerjaan itu.

Ya, Bulan Mei 2011, aku diterima untuk bekerja sebagai
pengajar di Harvard English Course and
Cinderella School of English for Children, untuk ditempatkan di cabangnya
yang terletak di Jl. Abdurrahman Saleh, Bandung. Di sana aku mendapatkan gaji
bulanan pertamaku, Alhamdulillah. Tapi di
sana aku hanya bertahan 5 bulan saja. Selain karena suasana kerja yang
cenderung membosankan dan mengesalkan, juga karena kualitas hidupku yang aku
rasa sedang dalam kurva rendahnya. Suasana hati yang berantakan, juga jiwa yang
sedang butuh kasih sayang dan perlindungan.
Kembali aku resign,
namun alhamdulillah kali ini tidak mengalami masa jeda, karena aku langsung di
terima di tempat bekerja ku yang sekarang ini. Mungkin di sini pun aku masih
belum memperoleh kesuksesan secara finansial, tapi paling tidak batinku sudah
mulai penuh, ada harapan, hidup yang kembali tertata, dan semangat yang
terbarui. Terlebih lagi ketika aku menemukan dia.
...bersambung...
0 comments: