Waktu yang Sedang Bergulir | Tentang Diriku (2)

7:58 PM Ichsan Sofan Nurzani 0 Comments


Aku masuk bangku perkuliahan pada tahun 2005, tepat setelah aku lulus dari SMA.  Aku memilih STBA Yapari-ABA Bandung untuk tempat melanjutkan studi ku dengan pertimbangan perguruan tinggi tersebut memasang biaya yang tidak terlalu tinggi namun memiliki kualitas yang baik (bukan promosi), karena jujur saja, aku melanjutkan pendidikan ku ke jenjang yang lebih tinggi ini bukan karena keuangan keluargaku yang berlebih, tapi karena orangtua ku menginginkan anaknya mendapatkan taraf hidup yang lebih baik daripada mereka yang hanya lulusan SLTA saja, biarpun mereka harus berutang sana-sini, hingga menjual tanah dan sawah untuk biaya kuliah ku. Selain alasan tersebut, aku juga sudah mencintai bahasa Inggris sejak duduk di bangku sekolah dasar, dan merasa ini akan menjadi pilihan yang tepat untuk memantapkan kemampuan ku dalam berbahasa Inggris.

Dan tepat empat tahun setelah aku mengisi formulir pendaftaran di sana, aku berhasil menyelesaikan studi ku. Tahun 2009, aku resmi menyandang gelar Sarjana Sastra, tahun ketika semuanya terlihat lebih menantang karena aku harus mulai menata hidupku sendiri, tahun ketika Mama ku meneteskan air mata haru campur bahagia, karena anaknya berhasil menyelesaikan studinya tepat waktu. Ada sejuta harapan di binar mata mama ku pada waktu itu. Binar yang sejujurnya menjadi sedikit beban mental untukku; apakah aku bisa segera membuatnya bangga? Atau masih menjadi beban pikiran dan hatinya karena status mahasiswa ku segera berganti menjadi pengangguran.


Benar saja, setelah itu aku masih belum menemukan pekerjaan yang “layak”. Aku masih menjadi guru harian pada sebuah lembaga kursus milik guru ku di SMA dulu, aku dibayar Rp. 25.000/jam pada waktu itu. Mungkin jumlahnya besar jika aku bekerja dengan sistem office-hour, dimana aku bekerja selama 7 jam dalam sehari. Namun di sana aku hanya bekerja 1-2 jam saja dalam satu hari, dan hanya 2-4 hari saja dalam satu minggu, itu pun jika murid-muridnya datang. Jika mereka semua tidak datang, aku tidak dibayar walaupun aku sudah berangkat dari rumah ke tempat kerja. Belum lagi jika sekolah sedang dalam masa libur panjang, atau hari kursus bertepatan dengan hari libur nasional, tentu saja aku tidak mendapatkan upah.

Bukan tidak bersyukur, namun aku merasa perlu memperbaiki penghasilanku. Akhirnya aku memutuskan untuk resign dari sana dan mencoba mencari pendapatan yang lebih mencukupi. Beberapa bulan aku bekerja sebagai guru les privat Bahasa Inggris sambil terus mencari lowongan kerja yang cocok untukku. Aku juga membuka usaha recording musik kecil-kecilan di rumahku, bermodalkan beberapa alat musik yang ku punya dan laptop dengan spek yang tidak terlalu tinggi, aku berhasil membantu para musisi amatir di lingkungan ku untuk mengabadikan karya mereka dalam sebuah CD, bahkan ada yang menggandakan karyanya itu dan mereka jual di kalangan sendiri.

Di sela-sela kegiatan ku itu, aku sebenarnya mendapatkan beberapa panggilan wawancara kerja, namun kebanyakan dari mereka kandas, sempat sangat stress dengan keadaan, hingga akhirnya aku mendapatkan panggilan tes dan wawancara untuk sebuah lembaga kursus yang lumayan dikenal di kota Bandung. Aku hampir lupa pernah mengirimkan lamaran ke sana karena sudah lama sekali mereka baru memanggilku, dan jujur aku pun hampir tidak berharap lagi akan pekerjaan itu.


Ya, Bulan Mei 2011, aku diterima untuk bekerja sebagai pengajar di Harvard English Course and Cinderella School of English for Children, untuk ditempatkan di cabangnya yang terletak di Jl. Abdurrahman Saleh, Bandung. Di sana aku mendapatkan gaji bulanan pertamaku,  Alhamdulillah. Tapi di sana aku hanya bertahan 5 bulan saja. Selain karena suasana kerja yang cenderung membosankan dan mengesalkan, juga karena kualitas hidupku yang aku rasa sedang dalam kurva rendahnya. Suasana hati yang berantakan, juga jiwa yang sedang butuh kasih sayang dan perlindungan.

Kembali aku resign, namun alhamdulillah kali ini tidak mengalami masa jeda, karena aku langsung di terima di tempat bekerja ku yang sekarang ini. Mungkin di sini pun aku masih belum memperoleh kesuksesan secara finansial, tapi paling tidak batinku sudah mulai penuh, ada harapan, hidup yang kembali tertata, dan semangat yang terbarui. Terlebih lagi ketika aku menemukan dia.

...bersambung...

0 comments: